Daun

Hujan salju

fade

KONTAK SAYA

Email Twitter Facebook

TELUSURI

GALERI FOTO

Kategori Arsip Daftar Isi

MULAI DARI SINI

Pelayanan Portfolio Pembayaran

23 Mei 2012

Objek Wisata Air Terjun Curup Tenang



Lihat di sana… ada air terjun curup tenang, begitu indah menanti anda…. datanglah dan saksikan sendiri hempasan butir-butir air menerpa wajah ayu anda, wajah tampan anda, semoga kepenatan anda menjadi hilang dalam kerindangan pepohonan kopi dan jati yang berjejer di dekat air terjun tersebut….. Ajaklah anak-anak anda, berikan mereka kesan keindahan alam Nusantara Indonesia yang tiada duanya di  dunia.
Lihat kembali ke atas bukitnya…. anda akan temukan perkebunan kopi yang menjadi produk paling tren di desa kami, begitu anda sampai di desa kami, silakan anda beristirahat dengan nyaman terlebih dahulu di sebuah masjid di kampung  kami, kami akan senang menyapa anda.
Lihat juga bukit tunjuk, gunung Dempo di Pagar Alam, rasakan hawa pegunungan akan menyapa anda dengan ramah.
Itulah negeri kita, negeri para “Dapunta” wilayah Sumatera…
Anda mau ke daerah kami, hanya +/- 90 km dari ibukota Sumsel (Palembang), bisa dicapai dengan alat angkutan umum, ataupun dengan angkutan pribadi.  Ketika anda mau menggunakan angkutan travel, hanya membayar Rp. 70rb saja, anda akan kami antar ke daerah kami.
Begitu indahnya alam Indonesia, begitu bangganya saya menjadi penduduk Indonesia, terutama daerah Sumatera Selatan.
Curup Tenang Salah Satu Tempat Dapunta Shooting Film
Air terjun curup tenang  ini terletak di dekat Desa Bedegung, Kecamatan Tanjung Agung, sekitar 56 km di selatan Muara Enim, jikalau ditempuh dari baturaja kurang lebih berjarak 80 Km dengan waktu tempuh 1,5 jam. Sedangkan dari kota Palembang dapat ditempuh selama lebih kurang 4 jam (210 Km).
Air terjun tertinggi di Sumatera Selatan ini memiliki tinggi 99 meter, Sumber mata airnya berasal dari celah Bukit Barisan dan ke bawah membentuk sebuah sungai kecil yang deras. Curup tenang atau juga warga sekitar menyebutnya Curup Bedegung merupakan objek wisata alam andalan daerah ini.
Untuk bisa menikmati langsung curup ini, pengunjung diwajibkan membayar tiket masuk, mulai dari Rp 3000 hingga Rp 20.000 per orang.
Harga tiket bervariasi, apabila pengunjung datang pada saat liburan maka harga tiket cenderung lebih mahal. Apabila pengunjung ingin bermalam, ada beberapa tempat penginapan yang bisa anda gunakan yang letaknya cukup dekat dengan curup ini. Selain menikmati keindahan air terjun, pengunjung juga bisa menghibur diri di tempat pemancingan atau berarung jeram disungai deras ini.
Untuk memudahkan para pengunjung mendekati air terjun, tersedia jalan setapak sepanjang 600 meter yang dibangun di tepi sungai dan sebuah jembatan yang melintasi sungai kecil yang deras itu. Sedangkan di atas sungai tersedia lapangan parkir, warung-warung yang menyediakan makan dan minuman. Dan agak ke hilir, terdapat sebuah tempat pemandian alam dan tempat memancing, lengkap dengan fasilitasnya.
Bagi para pengunjung yang berasal dari tempat jauh, tempat ini juga sudah dilengkapi dengan penginapan yang sudah cukup memadai.
Air terjun alami ini merupakan tempat rekreasi yang memberikan kesejukan bagi pengunjung karena hembusan angin yang membawa butiran-butiran air yang berhamburan akibat jatuh dari atas ketinggian

15 Mei 2012

Gua Harimau Penjaga Gua Putri

 
Gua harimau
Fosil manusia purba yang ditemukan di Goa Harimau diperkirakan berumur 3.000 tahun
Banyak tanda tanya dari penemuan fosil manusia purba berumur 3.000 tahun di Gua Harimau, Desa Padangbindu, Kecamatan Semidangaji, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kamis pekan silam. Apalagi tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Departemen Budaya Pariwisata mengakui penemuan ini tergolong luar biasa di Indonesia.

Jangankan mendekatinya, mendengar nama Gua Harimau saja membuat bulu kuduk berdiri. Begitulah mitos yang tertanam di benak warga Desa Padangbindu. Dinamakan Gua Harimau karena pada zaman dahulu, di gua yang memiliki pintu masuk sekitar 40 m-50 m tersebut terkenal tempat harimau menyimpan hasil buruannya. Gua dengan kemiringan 60 derajat hingga 80 derajat ini konon menjadi sarang harimau.

Seperti dituturkan Ketua Adat Desa Padangbindu, Kecamatan Semidangaji, Kabupaten OKU, Abdul Kori (72), kepada Sripo, Jumat (6/3), dahulu kala leluhur Desa Padangbindu bernama Sang Aji Bagur melarang anak cucunya mendekati Gua Harimau. Gua yang berjarak sekitar 1,5 km atau satu jam berjalan kaki dari Desa Padangbindu itu terkenal angker.

Bila ada yang berani mendekati wilayah itu dipastikan tidak akan selamat. Niscaya ia dimakan harimau. Kisah itu, menurut Kori, memang ada benarnya sebab ada beberapa warga yang pernah menemukan sisa-sisa tulang hewan di dalam gua.

Seiring berjalannya waktu, manusia pun semakin pintar. Mitos larangan mendekati Gua Harimau mulai dilanggar. Warga mulai berani mendekati Gua Harimau yang ternyata menyimpan harta karun sebab di langit-langit gua banyak sarang burung walet. Sejak itulah warga tidak takut lagi mendekati Gua Harimau untuk mencari rezeki. "Sekarang gua itu tidak lagi angker," urai Kori.

Bahkan, sudah banyak petani yang membuka kebun dan ladang di sekitar gua. Tiap hari Gua Harimau dilalui pejalan kaki menuju ladang. Maka keangkeran gua pun sirna.

Bentuk fisik gua

Versi lain mengatakan, nama Gua Harimau diambil dari bentuk fisik gua karena pintu masuk gua mirip mulut harimau yang sedang menganga, dengan gigi-gigi dan taring yang tajam.

Bila diperhatikan secara seksama bentuk fisik gua memang ada kemiripan dengan mulut harimau yang siap menyantap mangsanya.

Namun, hingga sejauh ini tokoh masyarakat setempat mengaku belum tahu persis asal mula gua yang memiliki langit-langit (atap gua) setinggi 20-30 meter itu sehingga dinamakan Gua Harimau.

Ketua Adat Desa Padangbindu mengakui, suasana di sekitar Gua Harimau dulu dan sekarang memang sudah jauh berbeda. Goa yang dulu terkenal angker dan sangat ditakuti warga kini tidak lagi.

Terbukti kedatangan tim peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional berhari-hari melakukan penelitian di lokasi di dalam gua. Hasilnya sangat mengagetkan. Peneliti berhasil menemukan fosil empat kerangka manusia prasejarah yang diperkirakan berumur 3.000 tahun di dalam gua.

Penemuan lainnya di dalam gua selain kerangka (lukisan di dalam gua dan kalung berbandul taring babi hutan) dan sejumlah peralatan rumah tangga yang terbuat dari batu. Temuan arkeolog di Desa Padangbindu ini menambah informasi lagi peradaban dan kebudayaan manusia purba.
Diposting Ulang Dari Dokumentasi Badan Arkeologi Dinas Paiwisata Nasional Republik Indonesia.

PUSLIT ARKENAS/HANDOUT
 Fosil manusia berumur sekitar 3.000 tahun dengan panjang kerangka yang masih utuh sekitar 2 meter ini ditemukan di Gua Harimau Desa Padangbindu Kecamatan Semidangaji, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan.

Duduk berselonjor di antara sisa-sisa rangka manusia prasejarah yang begitu rapuh, Ngadiran tampak begitu menikmati pekerjaannya. Satu per satu rangka manusia purba itu ia gambar sesuai dengan keletakannya. Inilah proses identifikasi akhir sebelum kotak galian ditutup kembali.

Hingga penggalian tahap kedua usai, sedikitnya 18 individu manusia penghuni gua yang sudah diidentifikasi. Sebagian besar rangka temuan dalam ekskavasi tim Puslitbang Arkenas di Gua Harimau—berada di perbukitan karst sekitar tiga kilometer dari Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan—itu relatif masih utuh. Satu di antaranya bahkan terlihat seperti orang menyeringai menahan rasa sakit.

"Lihat, ekspresinya persis kayak orang sakit gigi," kata Nurhadi Rangkuti, Kepala Balai Arkeologi Palembang, seraya menunjuk salah satu rangka di kotak galian nomor dua.
Meski sambil bergurau, Nurhadi Rangkuti sebetulnya tidak sedang bercanda. Hasil pengamatan Harry Widianto, ahli paleoantropologi yang juga adalah Kepala Balai Penelitian dan Pelestarian Situs Purbakala Sangiran, menguatkan dugaan itu. Bahwa, salah satu penyakit yang terlihat pada rangka-rangka manusia prasejarah dari Gua Harimau adalah adanya keropos gigi (karies) yang cukup signifikan.
Pada individu yang dirujuk Nurhadi, yang diidentifikasikan Harry sebagai laki-laki dewasa, kerusakan pada giginya terlihat begitu parah. Karies ini menyerang mulai dari mahkota gigi, akar gigi, dan berakibat pada bagian atas rahang bawah.
"Kondisi penyakit seperti ini akan memberikan rasa sakit luar biasa kepada si penderita," ujarnya.

Rupanya, dari hasil pengamatan Harry Widianto selama bertahun-tahun bergelut dengan sisa-sisa rangka manusia prasejarah, penyakit karies gigi seperti ini sangat menonjol pada ras Mongoloid. Bahkan, pada ras Mongoloid dengan budaya Austronesia yang merupakan cikal bakal sebagian besar manusia Indonesia (kecuali sejumlah kecil populasi di Indonesia bagian timur yang termasuk ras Australomelanesid) saat ini, fenomena karies gigi yang meluas tak hanya terjadi pada konteks prasejarah. "Pada populasi manusia ras Mongoloid sekarang pun, seperti saya ini, juga banyak ditemukan mengidap penyakit karies gigi," kata Harry.

Terkait pola makan Berdasarkan ciri-ciri morfologis, kuburan massal manusia prasejarah di Gua Harimau memang menunjukkan identitas mereka sebagai bagian dari ras Mongoloid. Kecenderungan umum pada kehidupan manusia prasejarah ras Mongoloid lebih bertumpu pada kegiatan meramu tumbuhan. Model pola makan inilah yang diduga menjadi penyebab utama karies gigi pada mereka.

Berbeda dengan Homo erectus yang hidup selama masa Pleistosen (lebih dikenal dengan sebutan zaman es) dan ras Australomelanesid pada pertengahan pertama masa Holosen (sesudah Pleistosen). Kedua ras manusia prasejarah ini adalah pemburu sejati dan hanya sedikit meramu tumbuhan. Oleh karena itu, pola makan mereka lebih bertumpu pada protein hewani dan hanya sedikit mengonsumsi karbohidrat.

Pengamatan Harry Widianto terhadap lebih dari 200 gigi-geligi Homo erectus dari Afrika, Asia, dan Eropa yang hidup sekitar 1,5 juta-300.000 tahun lalu menunjukkan tidak satu pun individu yang terserang penyakit karies gigi. Begitu pun pada ras Australomelanesid, yang hidup di gua-gua prasejarah di Pegunungan Sewu (membentang dari Kali Oya di Gunung Kidul, DI Yogyakarta, hingga Teluk Pacitan di Jawa Timur) dan Kalimantan Selatan pada 13.000-5.000 tahun lalu, juga tidak ditemukan individu yang giginya keropos.
Sebaliknya, pada ras Mongoloid (baru muncul di Nusantara sejak 4.000 tahun lalu) dengan model alimentasi (diet, pola makan) lebih bertumpu pada makanan yang mengandung banyak karbohidrat, penyakit keropos gigi terlihat begitu menonjol. Lantas, di mana hubungan sebab-akibatnya?
Sudah jadi pengetahuan umum bahwa jenis makanan yang banyak mengandung karbohidrat, seperti padi-padian, talas, dan umbi-umbian akan meninggalkan sisa makanan yang lebih melekat pada gigi. Selain melekat pada gigi, karbohidrat juga memberikan banyak zat gula, yang diketahui sebagai penyumbang munculnya karies gigi. Hal semacam itu tidak terjadi pada para pemburu dan peramu yang mengonsumsi daging hewan. Dengan demikian, kata Harry, terdapat hubungan yang sangat logis antara keropos gigi di kalangan Mongoloid dan model pola makan mereka yang lebih banyak mengonsumsi karbohidrat. "Besar kemungkinan pola makan tersebut, yang bertumpu pada ekonomi pertanian, yang telah memberikan penyakit gigi kepada kalangan Mongoloid," papar Harry Widianto.
Pola dan kebiasaan makan manusia Mongoloid prasejarah yang lebih bertumpu pada karbohidrat itu diduga terus berkembang ketika mereka membangun peradaban baru di luar gua, menjadi manusia menetap dengan membuka ladang-ladang pertanian. Jadi, tak usah heran apabila sebagian besar anak-cucu keturunan mereka hari ini (baca: bangsa Indonesia) lebih bergantung pada asupan makanan yang mengandung karbohidrat ketimbang protein hewani....

13 Mei 2012

My Blog !!!: Sejarah Komputer

My Blog !!!: Sejarah Komputer

Hujan Es di Pagaralam ~ Andra tHE"LAHaT

Hujan Es di Pagaralam ~ Andra tHE"LAHaT

Objek wisata Bukit Telunjuk


Objek Wisata Bukit Serelo terletak 20 km dari kota Lahat Sumatera Selatan. Penduduk setempat menyebutnya dengan Bukit Tunjuk, karena bentuk puncaknya yang mirip telunjuk yang mencuat ke langit.
Dibeberapa tempat dibawah bukit terdapat beberapa tempat untuk berkemah atau rekreasi. Para pramuka dan anak-anak muda acap kali mengunjungi tempat-tempat itu. Sebuah sungai kecil dengan air yang jernih dan belum tercemar, dapat menyegarkan anda. Objek wisata bukit Serelo sangat pas buat wisata akhir pekan bersama keluarga dan teman-teman.
“wisata indonesia surga dunia
a. Letak dan Luas
 Bukit Serelo seluas 210 ha terletak di Kabupaten Lahat Propinsi   Sumatera Selatan.
b. Status Hukum
Bukiut Serelo ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 76/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret 2001
c. Flora dan Fauna
Flora Jenis flora yang ditemukan di Taman Wisata Alam Bukit Serelo antara lain; puspa (Schima walichii), sungkai (Peronema canesem) dan jenis-jenis lain yang tumbuh pada Hutan Sekunder. Pada tempat-tempat tertentu yang sudah terbuka ditumbuhi alang-alang dan tumbuhan lainnya. Diantaranya terdapat juga beberapa jenis tumbuhan yang dapat dimakan oleh gajah berupa Asam Payo, jenis bambu-bambuan dan bermacam-macam jenis rumput.
Fauna kera ekor panjang (Macaca fascicularis), cengkok (Macaca sp.), beruang madu (Helarctos malayanus), kancil (Trangulu sp.), rusa (Cervus sp.), kijang (Muntiacus muncak), babi rusa (Sus sp.) dan berbagai jenis burung serta ayam hutan.
d. Wisata
Taman Wisata Alam Bukit Serelo mempunyai potensi wisata alam antara lain :
- Menikmati atraksi gajah
- Menikmati pemandangan dengan naik gajah
- Mendaki Bukit Telunjuk
- Berkemah
e. Aksesibilitas :
Palembang – Lahat – Kec. Merapi – Taman Wisata Alam. Bukit Selero ± 300 km, menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi
 Selamat Datang di Negeri Kami, Negeri Para Dapunta

11 Mei 2012

Sejara OKU Sumatra Selatan


Sejarah OKU Sumatera Selatan

Nama Kabupaten Ogan Komering Ulu diambil dari nama dua sungai besar yang melintasi dan mengalir di sepanjang wilayah kabupaten OKU, yaitu sungai Ogan dan Sungai Komering. Berdasarkan sejarah, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Nomor 9 Tahun 1997 tanggal 20 Januari 1997, Tahun 1878 ditetapkan sebagai tahun kelahiran nama Ogan Komering Ulu. Sedangkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, Kabupaten Ogan Komering Ulu terbentuk dengan keluarnya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembubaran Negara Bagian Sumatera Selatan dan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Sumatera Selatan menjadi Propinsi didalam Negara Republik Indonesia.
Selanjutnya melalui Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor GB/100/1950 tanggal 20 Maret 1950, ditetapkan batas-batas wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan ibu kota kabupaten di Baturaja. Sejalan dengan Undang-undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 yang diperkuat dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan
Daerah Tingkat II Kotapraja di Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821), Kabupaten Ogan Komering Ulu menjadi daerah otonom yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Sesuai dengan semangat Otonomi Daerah, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dan Kabupaten Ogan Ilir di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4347), pada tahun 2003 Kabupaten OKU resmi dimekarkan menjadi 3 (tiga) Kabupaten, yakni (1) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU TIMUR) dengan Ibukota Martapura; (2) Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKU SELATAN) dengan Ibukota Muaradua dan (3) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) dengan Ibukota Baturaja.
BUPATI KABUPATEN OKU TAHUN 1949 - SEKARANG
No Nama Masa Jabatan
1. M. Said 1949 – 1950
2. Nawawi 1950 – 1952
3. Aziz 1952 – 1954
4. Mustofa 1954 – 1956
5. Saleh 1956 – 1958
6. Harum 1958 – 1962
7. Usman Raden Mangku 1962 – 1963
8. Rusman Effendi Rustam 1963 – 1968
9. M. Muhammad Muslimin 1968 – 1979
10. HM. Saleh Hasan, SH. 1979 – 1989
11. Drs. H. Mulkan Aziman 1989 – 1994
12. Amiruddin Ibrahim 1994 – 1999
13. H. Rosihan Arsyad 1999 – 2000
14. Ir. Syahrial Oesman, MM. 2000 – 2002
15. Eddy Yusuf, SH., MM. 2002 – 2008
16. Drs. Yulius Nawawi 2008 s/d Sekarang

Cerita Asal Mula Tanjung Siman


Cerita Asal Mula Tanjung Siman
…. Di Kecamatan Pengandonan,Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Suatu Hari PUYANG TANJUNG SIMAN, pergi memancing disungai ogan, saat berangkat hari sudah melai senja, langit gelap dan angin mulai bertiup dengan kencang, Namun tidak menyurutkan langkahnya untuk mencoba puruntungan untuk pergi memancing
Singkat cerita Nasib baik berpihak padanya, takperlu waktu lama dia sudah memperoleh banyak ikan hasil tangkapan “hmm.. cukuplah ini amun nak gulai makan petang ini’’ Dia berkata dalam hati, ia pun bergegas pulang karna hai sudah muali gelap.

Ditengah perjalanan pulang ia dikejutkan oleh Seekor Ular Besar yg sedang Mbelulus (berganti kulit), dengan sedikit ragu bercampur takut dia memberanikan diri untuk mengmbil Belulusan (Kulit Luar Yg dilepaskan Ular saat berganti Kulit) ular tersebut, Karna Tangan kanannya membawa Ikan Hasil Tangkapan Sedangkan Tangan Kirinya Membawa Biasan Pancing(joran) dia lalu mengikatkan Kulit Ular itu Dipinggang nya

Sesampainya Rumah dia langsung meletakan ikan hasil pancingan tadi di Lintut (bagian teras Rumah Panggung) dia duduk dekat api uggun yg menyala dibawah rumahnya untuk menghangatkan diri, sementara ibunya sibuk memassak ikan yg tadi Ia bawa, suasana yg sepi dan dingin ia pun tertidur karna lelah

Keesokan Harinya ia baru terjaga setelah matahari mulai teresa menyengat, Ia Sedikit mengapa ibunya tidak membangunkan nya, ia naik ke kedalam rumahnya lalu makan dengan lahap, ia pun baru sadar kalu tadi malam ia tertidur tanpa sempat makan terlebih dahulu. Ibunya yg baru pulang mencuci nampak membersihkan sisa makan nya tapi ibunya tidak menyapanya seolah ibunya tak melihat ia duduk dekat Tungku didapur rumahnya, tak lama kemudian ia pun pergi ke Ume (Ladang_)

Pulang dari ladang ia Melihat Rumah nya Ramai ada beberapa orang teman nya dan keluaga berkumpul, ia pun bergegas menuju rumahnya “ Nah Ngape Jeme Rami Bekumpul Dihumah Ku ni” katanya dalam hati.

Dia melihat Ibunya Sedang Menangis, “Petang makhi dietu mancing, ulehan nyetu Batakkanye di lintut, tapi die ide tekinak aku ntah kemane die ni lah ndi malam ni lum balek” nampak ibunya tengah berceita kepada paman nya,Tampak Rasa Khawati dari Raut wajah sang Ibu.
“ngape mak” dia mencoba bertanya, namun seperti tadi pagi ibunya seolah tak menyadari kehadiranya.
ternyata benar Tak Ada seorang pun yg hadir disana mengetehui keberadannya….!!

Ternyata Kulit Ular yg Di ikatkan dipinggangnya Membuat Orang Lain Tidak bisa melihatnya. Orang baru bisa melihat Puyang Tanjung … Setelah dia melepas kan Kulit Ulang yg ia pakai

Waktu terus Berjalan Sampai Tersiar Kabar bahwa Desa tempat tinggalnya Akan di TUMPU Oleh Daerah Lain, Warga bersama-sama bersiap untuk melakukan perlawanan namun melihat Jumlah dan Keahlian Jelas membuat Warga Tanjung memjadi Patah Semangat, karna sudah bisa dipastikan bahwa mereka Hanya akan mati sia-sia, Tapi mereka Juga tidak mau menyerahkan harta, tanah, hewan ternak bahkan Anak Gadis mereka begitu saja,
Sungguh Suatu Pilihan Yg Sulit….!!

Puyang tanjung Pun Memberi Harapan,”Aku Ade Belulusan Ulah keramat kite Masuk kan Kulit Ulah ini dalam ayakh, ayakhnye kite siramkan sekeliling dusun, amun sude kele kite tanamkan kulit ulah ini Tiap jukhu dusun, Mangke Dusun Kite Ide Kinak Uhang…!!”
“Setuju” Sahut Warga Tanjung Waktu itu

Benar saja saat Penumpu datang mereka tidak bisa menemukan dimana letak dusun tanjung… tersebut, Bahkan Hingga kini Oarang dari luar dusun Tidak pernah bisa melihat dusun Tanjung… tersebut

Ket;
Menurut Nara Sumber; Matseh ( 80 th, Desa Gunung Liwat)
_PUYANG TANJUNG SIMAN;Nama Tokoh Dalam Cerita Ini tidak Diketahui Secara pasti namun Masarakat Sekitar Sering Menyebutnya dengan nama puyang tanjung Siman

_Dusun Tanjung Siman … Dulunya terletak Di wilayah KASANG, Di atas Perbukitan di desa Gunung Liwat(Berbatasan Dengan Desa Batang Hari), kecamatan Pengandonan, kab OKU, SUM-SEL.

_Saat Beliau Masih Muda Masih Sering dijumpai Warga Kasang Yg Pergi Kekalangan Biasanya terlihat Mereka membawa obor pada waktu subuh.

_Hingga saat ini Orang yg pergi ke wilayah kasang masih sering menemukan sesuatu yg dianggap pemberian atau milik warga kasang yg tercecer, Misalnya Orang yg sedang lewat menemukan Paisan (ikan yang di Bakar dengan balutan daun pisang dengan CampuranTempoyak) yg Masih hangat diletakan diatas batu yg biasa digunakan untuk beristirahat saat perjalanan pulang dari kebun Atau Orang yg menemukan Ikan Yg Menggelepar (masih hidup) di semak belukar Dsb.
______*******

Istilah Masyarakat Ogan;
Tumpu = penaklukan
Numpu = Menaklukan daerah Lain
Penumpu = Orang Atau Kelompok Yg melakukan Penaklukan
Jaman Putumpuan = Adalah Jaman Dimana Pada Masa Itu setiap Orang atau Kelompok yg Merasa Lebh Kuat Akan Mencoba Menaklukan Daerah Lain, Dengan Tujuan Memperluas Wilayah dan merampas harta benda serta Hewan ternak dsb_

Vocab;
Amun = Jika __Petang = Sore __Ngape = Mengapa __Jeme/uhang = Orang/ Orang lain

Rami = Ramai __Makhi = Kemarin __Ide/dikde = tak /Tidak __Te_kinak = ter_Lihat
Batak_kan = Letak_kan __Kemane = kemana __Ndi/Ndai = Dari /Sejak

Belulusan = Kulit Bagian Ular yang dilepaskan Saat Ular Berganti Kulit
Ulah= Ular __Ayakh = Air __Sude = Sudah __kele = Nanti __Jukhu = Penjuru/sudut __Mangke = Maka
— bersama

Ogan Ulu Comunity_Blog: Goa Harimau Part III

Ogan Ulu Comunity_Blog: Goa Harimau Part III

Objek Wisata Mata Air Gemuhak

Add caption


GEMUHAK

Air Panas Gemuhak Ogan Komering Ulu
Wisata Ogan Komering Ulu di Desa Gunung Tiga/Kelumpang, dengan jarak 6 Km, atau Sekitar 1,5 jam, pada ketinggian 398 m dpl, dengan beberapa sumber yang menyemburkan air panas setinggi 3m setiap selang 15-45 detik.

Sepanjang perjalanan mata anda akan dimanjakan oleh indahnya hamparan persawahan, serta keindahan alam yg disajikan sepanjang perjalanan, dengan beberapa kali menybrangi sungai Ogan yg beraliran deras dibagian hulu tentu akan menghadirkan sensasi tersendiri yg sulit untuk dilupakan_ter utama bagi Pencinta WISATA ALAM-TERBUKA

Mata Air Panas GEMUHAK adalah mata Air Panas Alami dengan Suhu Sekitar 97derajat celcius, dengan kandungan Sulfur dan Yodium Yg Diyakini dapat mencegah penyakit gondok dan mengobati Berbagai macam panyakit kulit

Hala Lupe Mbawe telokh mun kamu nag husek ke sini...!!

Foto terkait; Bunga “Bintang” _Konon bunga Bintang Hanya Tumbuh Disekitar Mata air panas ini, Menjadi Simbol bahwa Anda Pernah Mengunjungi Tempat Wisata GEMUHAK ini..

Objek Wisata Gua Putri


Add caption

Add caption


Baturaja dibelah oleh Sungai Ogan dengan tiga jembatan penghubung yang menghubungkan antara bagian Timur dan bagian Barat yaitu jembatan Ogan satu, Ogan dua dan Ogan tiga. Wisata Andalan ini terletak di Desa Padang Bindu Kecamatan Semidang Aji Sebelum masuk Goa Putri dipinggir Sungai Ogan terlihat sebuah batu yang biasa disebut penduduk sebagai Batu Putri.

Konon batu ini merupakan penjelmaan Putri Balian yang berubah menjadi batu akibat sumpah seorang sakti yaitu Si Pahit Lidah. Nah adanya legenda inilah yang menyebabkan gua ini dinamakan Gua Putri.

Goa Putri, panjangnya lebih kurang 159 meter dan lebarnya antara 8 s/d 20 meter, tinggi maksimal 20 meter. Didalam gua banyak terdapat Stalagtit dan Stalagmit yang berusia ratusan tahun. Ditengah-tengah gua mengalir anak sungai yang bermuara di sungai Ogan. Obyek wisata ini dapat dicapai dari Baturaja dengan jarak tempuh sekitar 35km.

Goa Putri adalah tujuan wisata terkemuka di Provinsi Sumatera Selatan, terletak 230 kilometer dari Palembang, atau 35 kilometer dari Baturaja, ibu kota Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU). Gua ini terletak sekitar satu kilometer dari jalan lintas Sumatera yang menghubungkan Baturaja dan Muara Enim.

Gua ini penuh dengan stalaktit dan stalagmit. Stalaktit merupakan kalsium karbonat yang menggantung dan membeku di langit-langit gua dan dapat ditemukan di gua kapur. Stalagmit adalah batuan berbentuk kerucut es yang menghadap ke atas dapat ditemukan di lantai gua. Di Goa Putri, stalaktit dan stalagmit bertemu membentuk pilar yang unik.

Gua ini juga memiliki kolam yang airnya berasal dari gua-gua yang airnya berasal dari Sungai Semuhun, yang bermuara di Sungai Ogan.
Kolam tersebut lebarnya 20 meter lebar dan panjangnya 160 meter. Di beberapa bagian gua terdapat batu lebar di mana Anda bisa duduk dan tidur. Gua ini gelap meskipun terdapat beberapa lampu yang dipasang di berbagai sisi. Cahaya yang redup membuat gua terlihat sangat ajaib

10 Mei 2012

Objek Wisata Air Terjun Curup Kambas

Add caption

Warisan Sejarah

Warisan sejarah Meskipun Sriwijaya hanya menyisakan sedikit peninggalan arkeologi dan keberadaanya sempat terlupakan dari ingatan masyarakat pendukungnya, penemuan kembali kemaharajaan bahari ini oleh Coedès pada tahun 1920-an telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu bentuk persatuan politik raya, berupa kemaharajaan yang terdiri atas persekutuan kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan berjaya pada masa lalu.

Warisan terpenting Sriwijaya mungkin adalah bahasanya. Selama berabad-abad, kekuatan ekononomi dan keperkasaan militernya telah berperan besar atas tersebarluasnya penggunaan Bahasa Melayu Kuno di Nusantara, setidaknya di kawasan pesisir. Bahasa ini menjadi bahasa kerja atau bahasa yang berfungsi sebagai penghubung (lingua franca) yang digunakan di berbagai bandar dan pasar di kawasan Nusantara. Tersebar luasnya Bahasa Melayu Kuno ini mungkin yang telah membuka dan memuluskan jalan bagi Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional Malaysia, dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu Indonesia modern.

Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan Sriwijaya sebagai sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau Indonesia. Kegemilangan Sriwijaya telah menjadi sumber kebanggaan nasional dan identitas daerah, khususnya bagi penduduk kota Palembang, Sumatera Selatan. Keluhuran Sriwijaya telah menjadi inspirasi seni budaya, seperti lagu dan tarian tradisional Gending Sriwijaya. Hal yang sama juga berlaku bagi masyarakat selatan Thailand yang menciptakan kembali tarian Sevichai yang berdasarkan pada keanggunan seni budaya Sriwijaya.

Di Indonesia, nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama jalan di berbagai kota, dan nama ini juga digunakan oleh Universitas Sriwijaya yang didirikan tahun 1960 di Palembang. Demikian pula Kodam II Sriwijaya (unit komando militer), PT Pupuk Sriwijaya (Perusahaan Pupuk di Sumatera Selatan), Sriwijaya Post (Surat kabar harian di Palembang), Sriwijaya TV, Sriwijaya Air (maskapai penerbangan), Stadion Gelora Sriwijaya, dan Sriwijaya Football Club (Klab sepak bola Palembang). Semuanya dinamakan demikian untuk menghormati, memuliakan, dan merayakan kemaharajaan Sriwijaya yang gemilang. Pada tanggal 11 November 2011 digelar upacara pembukaan SEA Games 2011 di Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang. Upacara pembukaan ini menampilkan tarian kolosal yang bertajuk "Srivijaya the Golden Peninsula" menampilkan tarian tradisional Palembang dan juga replika ukuran sebenarnya perahu Sriwijaya untuk menggambarkan kejayaan kemaharajaan bahari ini.

Hubungan Sriwijaya dengan pihak lain

Hubungan dengan kekuatan regional
 Untuk memperkuat posisinya atas penguasaan kawasan Asia Tenggara, Sriwijaya menjalin hubungan diplomasi dengan kekaisaran China, dan secara teratur mengantarkan utusan beserta upeti.

Pada tahun 100 Hijriyah (718 Masehi) Maharaja Sriwijaya bernama Sri Indrawarman mengirimkan sepucuk surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Umayyah, yang berisi permintaan kepada Khalifah untuk mengirimkan ulama yang dapat menjelaskan ajaran dan hukum Islam kepadanya. Dalam surat itu tertulis: " Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuan raja, yang isterinya pun adalah cucu dari ribuan raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang wilayah kekuasaannya terdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, rempah wangi, pala, dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar hingga 12 mil. Kepada Raja Arab yang tidak menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah. Aku telah mengirimkan kepadamu bingkisan yang tak seberapa sebagai tanda persahabatan. Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islam dan segala hukum-hukumnya kepadaku." — Surat Maharaja Sriwijaya, Sri Indrawarman kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Peristiwa ini membuktikan bahwa Sriwijaya telah menjalin hubungan diplomatik dengan dunia Islam atau dunia Arab. Meskipun demikian surat ini bukanlah berarti bahwa raja Sriwijaya telah memeluk agama Islam, melainkan hanya menunjukkan hasrat sang raja untuk mengenal dan mempelajari berbagai hukum, budaya, dan adat-istiadat dari berbagai rekan perniagaan dan peradaban yang dikenal Sriwijaya saat itu; yakni Tiongkok, India, dan Timur Tengah.

Pada masa awal, Kerajaan Khmer merupakan daerah jajahan Sriwijaya. Banyak sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani, Thailand Selatan, sebagai ibu kota kerajaan tersebut. Pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom That yang bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota yakni (Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit), dan Khirirat Nikhom.

Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, pada prasasti Nalanda berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputradewa mendedikasikan sebuah biara kepada Universitas Nalanda. Relasi dengan Dinasti Chola di selatan India juga cukup baik. Dari prasasti Leiden disebutkan raja Sriwijaya di Kataha Sri Mara-Vijayottunggawarman telah membangun sebuah vihara yang dinamakan dengan Vihara Culamanivarmma, namun menjadi buruk setelah Rajendra Chola I naik tahta yang melakukan penyerangan pada abad ke-11. Kemudian hubungan ini kembali membaik pada masa Kulothunga Chola I, di mana raja Sriwijaya di Kadaram mengirimkan utusan yang meminta dikeluarkannya pengumuman pembebasan cukai pada kawasan sekitar Vihara Culamanivarmma tersebut. Namun demikian pada masa ini Sriwijaya dianggap telah menjadi bagian dari dinasti Chola. Kronik Tiongkok menyebutkan bahwa Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) sebagai raja San-fo-ts'i, membantu perbaikan candi dekat Kanton pada tahun 1079. Pada masa dinasti Song candi ini disebut dengan nama Tien Ching Kuan, dan pada masa dinasti Yuan disebut dengan nama Yuan Miau Kwan.

Hubungan dengan wangsa Sailendra

Munculnya keterkaitan antara Sriwijaya dengan dinasti Sailendra dimulai karena adanya nama Śailendravamśa pada beberapa prasasti di antaranya pada prasasti Kalasan di pulau Jawa, prasasti Ligor di selatan Thailand, dan prasasti Nalanda di India. Sementara pada prasasti Sojomerto dijumpai nama Dapunta Selendra. Walau asal-usul dinasti ini masih diperdebatkan sampai sekarang.

Majumdar berpendapat dinasti Sailendra ini terdapat di Sriwijaya (Suwarnadwipa) dan Medang (Jawa), keduanya berasal dari Kalinga di selatan India. Kemudian Moens menambahkan kedatangan Dapunta Hyang ke Palembang, menyebabkan salah satu keluarga dalam dinasti ini pindah ke Jawa. Sementara Poerbatjaraka berpendapat bahwa dinasti ini berasal dari Nusantara, didasarkan atas Carita Parahiyangan kemudian dikaitkan dengan beberapa prasasti lain di Jawa yang berbahasa Melayu Kuna di antaranya prasasti Sojomerto

Perdagangan
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya di seluruh Asia Tenggara.

Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin perdagangan dengan tanah Arab. Kemungkinan utusan Maharaja Sri Indrawarman yang mengantarkan surat kepada khalifah Umar bin Abdul-Aziz dari Bani Umayyah tahun 718, kembali ke Sriwijaya dengan membawa hadiah Zanji (budak wanita berkulit hitam), dan kemudian dari kronik Tiongkok disebutkan Shih-li-fo-shih dengan rajanya Shih-li-t-'o-pa-mo (Sri Indrawarman) pada tahun 724 mengirimkan hadiah buat kaisar Cina, berupa ts'engchi (bermaksud sama dengan Zanji dalam bahasa Arab).

Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, kerajaan Min dan kerajaan Nan Han dengan negeri kayanya Guangdong. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini.

Prasasti Tanjore

____________Prasasti Tanjore_______
 Prasasti Tanjore merupakan sekumpulan dari 5 buah copper-plate yang terdapat pada kuil Parijatavanesvara di Tirukkalar, berada pada distrik Tanjore (Thanjavur), India. Prasasti ini merupakan peninggalan dari raja-raja yang berbeda dinasti Chola, di Koromandel, selatan India
Penafsiran teks prasasti
Isi dari teks prasasti dengan penanggalan paling awal dimulai tentang sejarah raja, peristiwa Rajendra Chola I naik tahta pada tahun 1012, kemudian menceritakan tentang penaklukan yang dilakukannya atas beberapa kawasan termasuk beberapa kawasan di nusantara serta penawanan raja Kadaram yang bernama Sangrama-Vijayottunggawarman, beserta kawasan Sriwijaya lainnya.
Transliterasi
• Salam sejahtera! di tahun ke 18 raja Parakesarivarman alias Udaya Sri Rajendra Choladeva, hidup dalam kemakmuran, ketika Tiru telah menetap, berkembang menjadi Mahadewi bumi, dewi keberuntungan dalam peperangan, yang ketenarannya tiada tandingan, menjadi Maharatu dengan sukacita, bersama tentara yang hebat menaklukan musuh pada negeri:
1. Idaidurai-Nadu, Vanavasi, yang diselubungi hutan luas; 2. Kollippakkai, yang pertahanannya dikelilingi dengan semak belukar; 3. Mannaikkadakkam, yang bentengnya susah didekati, tempat raja Ilam yang diperangi, ... merebut mahkota ratu dan kalung mutiara Indra, raja selatan; 4. Seluruh Ila-mandala di laut; sebuah pulau, tempat raja Kerala, yang memiliki tentara...
5. ... benteng Sandimattivu, ditembus,...;
6. Sakkarakottam punya prajurit berani, Madura-mandala kawasan utara yang kuat;
7. Namanaikkonam, yang dikelilingi oleh pepohonan padat;
8. Panchapalli ... prajurit senjata panah;
9. Masunidesa; yang memiliki harta, dikuasai setelah ditangkap Indraratha bersama keluarganya di kota indah Adinagar...;
10. Odda-vishaya, yang sulit untuk didekati, ... ;
11. Kosalai-Nadu, di mana Brahmana berlimpah;
12. Dandabutti, memiliki kebun yang luas dikuasai setelah mengalahkan Dharmapala;
13. Takkana-Ladam, yang terkenal tunduk setelah diserang Ranasura;
14. Vangaladesa, hujan angin tiada berhenti, Govindachandra melarikan diri, turun dari gajahnya ;
15. Uttira-Ladam di laut luas yang berlimpah mutiara;
16. Gangal yang airnya berbalik ...
17. Setelah banyak kapal dikirim berputar di tengah laut dan tertangkap Sangrama-Vijayaottungavarman, raja Kadaram, bersama dengan gajahnya, yang disiapkan melawan dan kemenangan besar,... tumpukan harta yang banyak, Vidyadhara-torana membuka gerbang kota pedalaman yang luas yang dilengkapi perlengkapan perang, berhiaskan permata dengan kemuliaan besar, gerbang kemakmuran Sriwijaya; Pannai dengan kolam air, Malaiyur dengan benteng terletak di atas bukit; Mayirudingam dikelilingi oleh parit; Ilangasogam yang tak gentar dalam pertempuran sengit...; Mappappalam dengan air sebagai pertahanan; Mevilimbangam, dengan dinding tipis sebagai pertahanan; Valaippanduru, memiliki lahan budidaya dan hutan; Takkolam yang memiliki ilmuwan; pulau Madamalingam berbenteng kuat; Ilamuri-Desam, yang dilengkapi dengan teknologi hebat; Nakkavaram yang memiliki kebun madu berlimpah; dan Kadaram berkekuatan seimbang, dengan tentara memakai kalal
18. Mahadeva tanah Devadana dari Vengurkkala-Tirukkalar...

Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Batu

 Prasasti Telaga Batu 1 ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru (tidak jauh dari Sabokingking), Kel. 3 Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota Palembang, Sumatra Selatan, pada tahun 1935. Di sekitar lokasi penemuan prasasti ini juga ditemukan prasasti Telaga Batu 2, yang berisi tentang keberadaan suatu vihara di sekitar prasasti. Pada tahun-tahun sebelumnya ditemukan lebih dari 30 buah prasasti Siddhayatra.

Prasasti Telaga Batu dipahatkan pada sebuah batu andesit yang sudah dibentuk sebagaimana layaknya sebuah prasasti dengan ukuran tinggi 118 cm dan lebar 148 cm. Di bagian atasnya terdapat hiasan tujuh ekor kepala ular kobra, dan di bagian bawah tengah terdapat semacam cerat (pancuran) tempat mengalirkan air pembasuh. Tulisan pada prasasti berjumlah 28 baris, berhuruf Pallawa, dan berbahasa Melayu Kuno.

Penafsiran prasasti
Tulisan yang dipahatkan pada prasasti cukup panjang, namun secara garis besar isinya tentang kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan tidak taat kepada perintah dātu. Casparis berpendapat bahwa orang-orang yang disebut pada prasasti ini merupakan orang-orang yang berkategori berbahaya dan berpotensi untuk melawan kepada kedatuan Sriwijaya sehingga perlu disumpah.

Disebutkan orang-orang tersebut mulai dari putra raja (rājaputra), menteri (kumārāmātya), bupati (bhūpati), panglima (senāpati), Pembesar/tokoh lokal terkemuka (nāyaka), bangsawan (pratyaya), raja bawahan (hāji pratyaya), hakim (dandanayaka), ketua pekerja/buruh (tuhā an vatak = vuruh), pengawas pekerja rendah (addhyāksi nījavarna), ahli senjata (vāsīkarana), tentara (cātabhata), pejabat pengelola (adhikarana), karyawan toko (kāyastha), pengrajin (sthāpaka), kapten kapal (puhāvam), peniaga (vaniyāga), pelayan raja (marsī hāji), dan budak raja (hulun hāji). Prasasti ini salah satu prasasti kutukan yang paling lengkap memuat nama-nama pejabat pemerintahan.

Rumah Limas Palembang

*¨*•.¸¸❤ (Muat Ulang Tulisan Lame)
 Rumah Limas merupakan prototipe rumah tradisional Palembang. Selain ditandai dengan atapnya yang berbentuk limas, rumah tradisional ini memiliki lantai bertingkat tingkat yang disebut Bengkilas dan hanya dipergunakan untuk kepentingan keluarga seperti hajatan. Para tamu biasanya diterima diteras atau lantai kedua.

Kebanyakan rumah limas luasnya mencapai 400 sampai 1000 meter persegi atau lebih, yang didirikan diatas tiang-tiang dari kayu unglen atau ulin yang kuat dan tanah air.Dinding, pintu dan lantai umumnya terbuat dari kayu tembesu. Sedang untuk rangka digunakan kayu seru. Setiap rumah terutama dinding dan pintu diberi ukiran. Saat ini rumah limas sudah mulai jarang dibangun karena biaya pembuatannya lebih besar dibandingkan membangun rumah biasa.

Rumah Limas Juga merupakan suatu kebanggan tersendiri bagi masyarakat Sumatera selatan, Namun Perlu diketahui bahwa rumah LIMAS ini tidak hanya Ada Di Wilayah Sumatera Selatan Saja, tetapi juga berkembang Di beberapa daerah di Sumatra, Diantaranya; Jambi, Riau, Bengkulu, dan Kepulauan Riau, Dan sebagian Wilayah Lampung. Sebagian Masrakat diwilayah tersebut tetap menjaga keaslian Rumah Limas yg mereka Warisi Meski secara Umum Rumah Limas Telah Diakui Sebagai Kekayaan Budaya Sumatra-Selatan

Namun Sangat Disayangkan Karna Faktor Bahan Baku Berupa Kayu, yg Saat Ini menjadi sangat sulit didapatkan dan waktu pengerjaan yg tergolong rumit seta memakan waktu biaya yg Besar, Sehingga Perlahan Masyarakat Mulai Enggan Melestarikan Rumah Limas Ini

Agama Kerajaan Sriwijaya


Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya. Menjelang akhir abad ke-10, Atiśa, seorang sarjana Buddha asal Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di Tibet dalam kertas kerjanya Durbodhāloka menyebutkan ditulis pada masa pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa penguasa Sriwijayanagara di Malayagiri di Suvarnadvipa.

Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya Hindu kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9, sehingga secara langsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu beserta kebudayaannya di Nusantara. Sangat dimungkinkan bahwa Sriwijaya yang termahsyur sebagai bandar pusat perdagangan di Asia Tenggara, tentunya menarik minat para pedagang dan ulama muslim dari Timur Tengah, sehingga beberapa kerajaan yang semula merupakan bagian dari Sriwijaya, kemudian tumbuh menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera kelak, disaat melemahnya pengaruh Sriwijaya. ".... banyak raja dan pemimpin yang berada di pulau-pulau pada Lautan Selatan percaya dan mengagumi Buddha, dihati mereka telah tertanam perbuatan baik. Di dalam benteng kota Sriwijaya dipenuhi lebih dari 1000 biksu Budha, yang belajar dengan tekun dan mengamalkannya dengan baik.... Jika seorang biarawan Cina ingin pergi ke India untuk belajar Sabda, lebih baik ia tinggal dulu di sini selama satu atau dua tahun untuk mendalami ilmunya sebelum dilanjutkan di India". — Gambaran Sriwijaya menurut I Tsing.

Ada sumber yang menyebutkan, karena pengaruh orang muslim Arab yang banyak berkunjung dan berdagang di Sriwijaya, maka seorang raja Sriwijaya yang bernama Sri Indrawarman pada tahun 718 diduga masuk Islam atau setidaknya tertarik untuk mempelajari Islam dan kebudayaan Arab, sehingga mungkin kehidupan sosial Sriwijaya adalah masyarakat sosial yang di dalamnya terdapat masyarakat Budha dan Muslim sekaligus. Tercatat beberapa kali raja Sriwijaya berkirim surat ke khalifah Islam di Damaskus, Suriah. Pada salah satu naskah surat yang ditujukan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720) berisi permintaan agar khalifah sudi mengirimkan ulama ke istana Sriwijaya

Rumah Adat Sumatra Selatan

*¨*•.¸¸❤ (Muat Ulang Tulisan Lame)

 Rumah Limas merupakan prototipe rumah tradisional Palembang. Selain ditandai dengan atapnya yang berbentuk limas, rumah tradisional ini memiliki lantai bertingkat tingkat yang disebut Bengkilas dan hanya dipergunakan untuk kepentingan keluarga seperti hajatan. Para tamu biasanya diterima diteras atau lantai kedua.

Kebanyakan rumah limas luasnya mencapai 400 sampai 1000 meter persegi atau lebih, yang didirikan diatas tiang-tiang dari kayu unglen atau ulin yang kuat dan tanah air.Dinding, pintu dan lantai umumnya terbuat dari kayu tembesu. Sedang untuk rangka digunakan kayu seru. Setiap rumah terutama dinding dan pintu diberi ukiran. Saat ini rumah limas sudah mulai jarang dibangun karena biaya pembuatannya lebih besar dibandingkan membangun rumah biasa.

Rumah Limas Juga merupakan suatu kebanggan tersendiri bagi masyarakat Sumatera selatan, Namun Perlu diketahui bahwa rumah LIMAS ini tidak hanya Ada Di Wilayah Sumatera Selatan Saja, tetapi juga berkembang Di beberapa daerah di Sumatra, Diantaranya; Jambi, Riau, Bengkulu, dan Kepulauan Riau, Dan sebagian Wilayah Lampung. Sebagian Masrakat diwilayah tersebut tetap menjaga keaslian Rumah Limas yg mereka Warisi Meski secara Umum Rumah Limas Telah Diakui Sebagai Kekayaan Budaya Sumatra-Selatan

Namun Sangat Disayangkan Karna Faktor Bahan Baku Berupa Kayu, yg Saat Ini menjadi sangat sulit didapatkan dan waktu pengerjaan yg tergolong rumit seta memakan waktu biaya yg Besar, Sehingga Perlahan Masyarakat Mulai Enggan Melestarikan Rumah Limas Ini

09 Mei 2012

Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya  (atau juga disebut Srivijaya; Thai: ศรีวิชัย atau "Ṣ̄rī wichạy") adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan pesisir Kalimantan. Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan", maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang". Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan di antaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa pada tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.

Setelah jatuh, kerajaan ini terlupakan dan keberadaannya baru diketahui kembali lewat publikasi tahun 1918 dari sejarawan Perancis George Cœdès dari École française d'Extrême-Orient.

....................Raja yang Memerintah Sriwijaya...................... Para Maharaja Sriwijaya

Tahun / Nama Raja / Ibu Kota / Prasasti, Catatan pengiriman utusan ke Tiongkok serta Pristia 671 / Dapunta Hyang atau Sri Jayanasa / Srivijaya-Shih-li-fo-shih / Catatan perjalanan I Tsing pada tahun 671-685, Penaklukan Malayu, penaklukan Jawa dan Prasasti Kedukan Bukit (683), Talang Tuo (684), Kota Kapur (686), Karang Brahi dan Palas Pasemah.

702 / Sri Indrawarman atau Shih-li-t-'o-pa-mo / Sriwijaya-Shih-li-fo-shih / Utusan ke Tiongkok 702-716, 724 dan Utusan ke Khalifah Muawiyah I dan Khalifah Umar bin Abdul Aziz

728 / Rudra Vikraman atau Lieou-t'eng-wei-kong / Sriwijaya-Shih-li-fo-shih / Utusan ke Tiongkok 728-742

743-774 / - / Belum ada berita pada periode ini

775 / Sri Maharaja / Sriwijaya /Prasasti Ligor B tahun 775 di Nakhon Si Thammarat, selatan Thailand dan menaklukkan Kamboja.

......./ Pindah ke Jawa (Jawa Tengah atau Yogyakarta) Wangsa Sailendra mengantikan Wangsa Sanjaya.

778 / Dharanindra atau Rakai Panangkaran / Jawa /Prasasti Kelurak 782 di sebelah utara kompleks Candi Prambanan dan Prasasti Kalasan tahun 778 di Candi Kalasan.

782 / Samaragrawira atau Rakai Warak /Jawa /Prasasti Nalanda dan prasasti Mantyasih tahun 907.

792 / Samaratungga atau Rakai Garung /Jawa /Prasasti Karang Tengah tahun 824, 825 menyelesaikan pembangunan candi Borobudur.

840 /......./ Kebangkitan Wangsa Sanjaya, Rakai Pikatan.

856/Balaputradewa /Suwarnadwipa /Kehilangan kekuasaan di Jawa, dan kembali ke Suwarnadwipa dan Prasasti Nalanda tahun 860, India.

861-959 /............../Belum ada berita pada periode ini

960 / Sri Udayaditya-Warmadewa-Se-li-hou-ta-hia-li-tan / Sriwijaya atau San-fo-ts'i / Utusan ke Tiongkok 960, & 962.

980 /......../Utusan ke Tiongkok 980 & 983: dengan raja, Hie-tche (Haji)

988 / Sri Cudamani Warmadewa dan Se-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tian-hwa / Sriwijaya, Malayagiri (Suwarnadwipa) San-fo-ts'i / 990 Jawa menyerang Sriwijaya, Catatan Atiśa,Utusan ke Tiongkok 988-992-1003, pembangunan candi untuk kaisar Cina yang diberi nama cheng tien wan shou

1008 /Sri Mara-Vijayottunggawarman, Se-li-ma-la-pi / San-fo-ts'i, Kataha / Prasasti Leiden & utusan ke Tiongkok 1008.

1017 /................../ Utusan San-fo-ts'i ke Tiongkok 1017: dengan raja, Ha-ch'i-su-wa-ch'a-p'u (Haji Sumatrabhumi (?)); gelar haji biasanya untuk raja bawahan.

1025 /Sangrama-Vijayottunggawarman / Sriwijaya, Kadaram / Diserang oleh Rajendra Chola I dan menjadi tawanan dan Prasasti Tanjore bertarikh 1030 pada candi Rajaraja, Tanjore, India.

1030 /......./...../Dibawah Dinasti Chola dari Koromandel.

1079/......../........./Utusan San-fo-ts'i dengan raja Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) ke Tiongkok 1079 membantu memperbaiki candi Tien Ching di Kuang Cho (dekat Kanton).

1082 /................/Utusan San-fo-ts'i dari Kien-pi (Jambi) ke Tiongkok 1082 dan 1088.

1089-1177 /....../........./ Belum ada berita

1178 /........../............/Laporan Chou-Ju-Kua dalam buku Chu-fan-chi berisi daftar koloni San-fo-ts'i.

1183 /............................./Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa Dharmasraya Dibawah Dinasti Mauli, Kerajaan Melayu, Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand.