Suatu hari, Putri khayangan yang bernama Dayang Merindu bertunangan dengan seorang pemuda yang tidak di cintainya. Karena merasa tersiksa akhirnya dayang merindu meninggalkan tunangannya dan turun ke bumi.
Dayang Merindu : ( Berputar-putar melihat keadaan sekelilingnya dengan takjub) “Oh…. Dewata, inikah yang namanya bumi ? Sungguh indah
dan menawan hati. Sepertinya aku akan betah tinggal disini. Tetapi dengan siapa aku harus tinggal ? Aku tidak memiliki siapa
Siapa disini. (Dengan wajah sedih Dayang Merindu melangkahkan kakinya tanpa tujuan).
Balian : ( Berjalan dengan wajah sedih ) “Aku tidak memiliki siapa-siapa disini, aku hidup sebatang kara, seandainya saja dewata mengirimkan seseorang untuk tinggal bersamaku pasti sangat senang sekali rasa hatiku.”
Dayang Merindu : “Kiranya dewata mengabulkan do’a Ibu. Aku datang untuk menghibur dan menemani Ibu. ( Dayang Merindu mendengarkan ucapan Balian dan merasa senang).
Balian : ( Terperanjak dan menatap Dayang Merindu dengan heran) “Ah…. Siapah gerangan engkau anakku dan dari manakah asalmu ?”
Dayang Merindu : “Aku bukan siapa-siapa Ibu. Aku hanya perempuan biasa yang di utus dari khayangan untuk merawat dan menemani Ibu.”
Balian : “Oh, rupaya engkau Putri Khayangan. Siapakah namamu ?
Dayang Merindu : “Namaku Dayang Merindu.”
Balian : “ Benarkah engkau mau tinggal bersamaku nak ?”
Dayang Merindu : “Jika Ibu berkenan, aku mau tinggal bersama Ibu ?”
Balian : “Dengan senang hati aku akan menerimamu. Aku akan jadi orang tua asuhmu. Panggil saja aku ibu Balian. Kalau begitu, mari ikut aku kerumah.”
Sudah beberapa minggu Dayang Merindu tinggal bersama Balian. Kecantikan dan kelembutan hatinya terkenal sampai ke penjuru desa. Setiap pemuda jatuh cinta kepadanya. Salah satunya adalah seorang pangeran sakti. Pangeran sakti tersebut telah jatuh cinta kepada Dayang Merindu padahal sekalipun dia belum pernah melihatnya. Pangeran tersebut duduk termenung di singgasananya ia ingin sekali bertemu Dayang Merindu.
Dayang-dayang : “Ampun pangeran, kalau boleh saya tau apa yang mengganjal hati pangeran sampai wajah pangeran terlihat muram ?”
Pangeran Sakti : ( Menoleh kearah dayang-dayang ) “Engkau rupanya, memang benar. Saat ini perasaanku tidak menentu.
Dayang-dayang : “Jika pangeran berkenan , ingin rasanya saya mengurangi beban di hati padukadengan mendengarkan keberadaan Dayang Merindu ?”
Pangeran Sakti : “Engkau benar dayang-dayang. Dengan siapa lagi aku harus bercerita kalau tidak denganmu. Dayang setiaku, engkau sudah mendengar keberadaan Dayang Merindu ?”
Dayang-dayang : Dayang Merindu yang konon katanya sangat cantik dan berhati lembut yang tinggal bersama Balian ?”
Pangeran Sakti : “Benar sekali aku sangat mencintainya meskipun aku belum pernah melihat parasnya. Hari-hariku dipenuhi oleh bayangannya dengan lembut dan menikmati paras wajah cantiknya setiap menit. Aku ingin meminangnya, menjadikan istriku dan ibu dari anak-anakku.”
Dayang-dayang : Jika memang demikian yang pangeran inginkan, mengapa pangeran tidak melamar Dayang Merindu ?”
Pangeran Sakti : “Haruskah secepat itu ?”
Dayang-dayang : “Benar pangeran, yang menginginkan Dayang Merindu bukan Cumapangeran tetapi setiap pemuda menginginkanya. Sebelum orang lain meminangnya, bukankah lebih baik pangeran dahulu yang meminangnya ?”
Sementara itu, Dayang Merindu sedang berbincang-bincang dengan seorang pemuda biasa. Pemuda itu juga mencintai Dayang Merindu. Dayang Merindupun memiliki perasaan yang sama. Di rumah Balian yang sederhana itulah mereka berdua memadu kasih.
Pemuda Biasa : “Dinda Dayang Merindu, apakah dinda benar-benar mencintaiku ?”
Dayang Merindu : “Kanda, hati ini senantiasa mencintaimu tetapi aku tidak bisa berjanji kalau tubuh ini menjadi milikmu .”
Pemuda Biasa : “Apa maksudmu dinda Merindu ?”
Dayang Merindu : “Kanda, dinda merasa kalau tubuh ini tidak bisa menjadi milik kanda seutuhnya meskipun dinda sangat mencitai kanda. Perasaan dinda mengatakan bahwa tubuh ini tidak akan menjadi milik siapa-siapa bahkan tubuh ini tidak akan utuh.”
Pemuda Biasa : “Jamganlah engkau berfikir yang macam-macam dinda. Perkataanmu tadi membuat hatiku sedih. Percayalah dinda tidak akan
terjadi apa-apa sebelum kita menikah.”
Dayang Merindu : “Memang demikianlah yang dinda harapkan kanda.”
Pemuda Biasa : “Hari sudah mulai petang, kanda harus pulang.”
Dayang Merindu : “Baiklah kanda, mari dinda antar sampai kehalaman.”
Keesokan harinya datanglah Pangeran Sakti ke rumah Balian untuk melamar putri Dayang Merindu.
Balian : “Siapakah gerangan engkau tuan dan ada keperluuan apa ?”
Pangeran Sakti : “Aku adalah pangeran negeri ini, aku kesini ingin bertemu Putri Dayanga Merindu.”
Balian : “Oh, jika demikian tunggu sebentar Pangeran, saya akan memanggil Dayang Merindu.”
Balian pergi kebelakang untuk memanggil Dayang Merindu dan beberapa saat kemudian kembali kedepan bersama Dayang Merindu menghadap Pangeran Sakti.
Pangeran Sakti : ( Takjub melihat Dayang Merindu tanpa berkedip ) “Engkau Dayang Merindu ?”
Dayang Merindu : “Benar Pangran.”
Pangeran Sakti : Sungguh cantik parasmu. Tak salah yang kudengar selama ini bahwa engkau cantik dan lembut.”
Dayang Merindu : “Hamba hanya perempuan biasa pangeran.”
Balian : “Maaf pangeran, ada keperluan apa pangeran dengan Dayang Merindu.”
Pangeran Sakti : “Oh iya, karena melihat paras cantik Dayang Merindu aku sampai lupa dengan tujuanku. Aku datang kesini untuk melamar Dayang Merindu.”
Putri Dayang Merindu terperanjat dan saling berpandangan.
Pangeran Sakti : “Bagaimana Merindu, maukah engkau menerima lamaranku ?”
Dayang Merindu : “Ibu Balian, aku harus bagaimana. Aku bimbang. Bantu aku untuk memberi jawaban.”
Balian : “Baiklah Merindu kalau itu yang kau minta.” ( Berfikir sejenak ) Begini Pangeran, jika pangeran bisa memenuhi persyaratan yang ku berikan maka pangeran boleh meminang Dayang Merindu.”
Pangeran Sakti : “Apa persyaratannya ibu Balian ?”
Balian : “Pangeran harus bisa membawa pinang sebesar gurin, iban saribandihu dan tanduk kerbau emas. Jika besok pangeran kesini tanpa membawa persyaratan tersebut maka pangeran tidak boleh meminang Dayang Merindu.”
Pangeran Sakti : “Aku sanggup memenuhi persyaratan tersebut. Besok pagi aku akan kembali sambil membawa persyratan itu.”
( Pangeran Sakti berlalu meninggalkan rumah tersebut )
Dayang Merindu : “Ibu Balian, bagaimana jika pangeran bisa memenuhi persyaratan tersebut dan bagaimana dengan kakandaku ?”
Balian : “Jangan cemas Merindu, sebaikya kita beristirahat
dan besok pagi kita akan tau jawabannya.”
Setiba diperaduan, pangeran sakti langsung menemui dayang setianya, kemudian……
Pangeran Sakti : “Dayang setiaku. Aku telah melamar Dayang Merindu. Namun orang tua asuhnya Balian mengajukan persyaratan ?”
Dayang : “Persyaratan apakah pangeran, sehingga membuat pangeran cemas begini ?”
Pangeran Sakti : “Aku harus mendapatkan iban saribandihu, pinang sebesar gurin dan tanduk kerbau emas.”
Dayang : “Kenapa pangeran harus cemas, bukankah pangeran mempunyai kesaktian yang luar biasa, pangeran hanya mengerahkan kesaktian pangeran maka dengan mudah pangeran akan memenuhi persyaratan itu.”
Pangeran Sakti : “Ya….. Engkau benar dayang setiaku. Aku akan menggunakan seluruh kesaktianku untuk mendapatkan persyaratan itu.”
Pangeran Sakti mengerahkan seluruh kesaktiannya untuk mendapatkan pinang sebesar gurin, iban saribandihu dan tanduk kerbau emas.
Pangeran Sakti telah mendapatkannya dan sesuai janji keesokan harinya Pangeran Sakti datng ke rumah Balian.
Dayang Merindu : “Ya Gusti…, bagaimana ini. Apakah Pangeran bisa mendapatkan persyaratan itu. Aku bingung, bagaimana dengan kakandaku, aku sangat mencintainya, tetapi jika pangeran mendapatkan persyaratan itu berarti dia mencintaiku dan dia telah membuktikan cintanya kepadaku. Aku bimbang siapa yang harus aku pilih.”
Pangeran Sakti : “Merindu, mengapa engkau bermuram durja. Jangan sedih Merindu, aku datang dengan membawa persyaratn dari ibu Balian.”
Dayang Merindu : “( Terperanjat ) Pangeran!”
Pangeran Sakti : “Ya Merindu, aku datang untuk meminangmu.”
Dayang Merindu terdiam, dia semakin gelisah. Pada saat itu datanglah pemuda biasa. Pemuda tersebut telah mendengarkan percakapan antara
Dayang Merindu dengan Pangeran Sakti.
Pemuda Biasa : “Aku tidak rela Merindu menjadi isterimu Pangeran.”
Dayang Merindu : “( Terperanjat ) “Kakanda…?”
Pemuda Biasa : “Iya Merindu, aku datang untuk meminangmu.”
Pangeran Sakti : “Wahai pemuda, siapakah gerangan engkau ? Lancang kau berbicara seperti itu di hadapanku.”
Pemuda Biasa : “Ampun Pangeran, hamba hanya pemuda biasa yang sangat mencintai Dayang Merindu, hamba ingin memperistri Dayang Merindu.”
Pangeran Sakti : “Lancang sekali ucapanmu pemda, kau harus menerima akibatnya karena telah berani melawanku.”
Saat itu juga terjadi pertarungan sengit antara Pangeran Sakti dan Pemuda Biasa. Dayang Merindu menyaksikan dengan hati cemas.
Dayang Merindu : “Hentikan pangeran, hentikan pertarungan ini, pertarungan ini tidak ada gunanya. Aku akan membelah diriku menjadi dua.”
Pertarungan ini berhenti dan kedua pemuda tersebut memandang kearah Merindu yang telah memegang pisau.
Daynag Merindu : “Aku akan bunuh diri dan jika aku telah mati aku meminta jasadku untuk dipotong menjadi dua. Separuh jasadku tolong alirkan ke sungaiogan sebagai tanda cintaku kepada kakandaku dan jasadku yang separuhnya lagi, tolong alirkan kesungai lematang sebagai tanda cintaku kepada pangeran sakti. Aku sangat mengasihi dan mencintai kalian berdua.”
Setelah berbicara, Dayng Merindu menancapkan pisaunya tepat di jantungnya dan akhirnya dia pun meninggal.Sesuai permintaannya jasad Dayang Merindu dipotong menjadi dua sebagian di buang kesungai ogan dan yang sebagian lagi dibuang kesungai lematang. Demikianlah kisah aliran sungai ogan yang membawa separuh jasad Putri Dayng Merindu.